Makam Pitu, Perpaduan Islam dan Majapahit

Makam Pitu atau Makam Tujuh di areal pemakaman Dusun Sidodadi, Desa Sentonorejo, Kecamatan Trowulan, Mojokerto. Tujuh makam tersebut dipercaya sebagai makam bangsawan dan abdi dalem Majapahit yang memeluk agama Islam.

idealoka.comPada nisan tujuh makam ini terdapat pahatan lafad tauhid atau “Laa Ilaaha Illalloh” dan lambang Surya Majapahit, siapa mereka?

Ada beberapa peninggalan sejarah Islam zaman kerajaan Majapahit di Kawasan Cagar Budaya Nasional Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Salah satunya adalah makam Islam.

Read More

Yang paling dikenal adalah makam Syekh Djumadil Kubro beserta keturunan dan pengikutnya yang menyebarkan Islam di Trowulan termasuk lingkungan istana kerajaan Majapahit. Kompleks pemakaman Djumadil Kubro berada di tempat yang disebut Troloyo di Dusun Sidodadi, Desa Sentonorejo, Kecamatan Trowulan, Mojokerto.

Makam atau petilasan Kencono Wungu dan Anjasmoro di areal makam Dusun Sidodadi, Desa Sentonorejo, Kec. Trowulan, Kab. Mojokerto.

Sekitar 50 meter di belakang pemakaman Troloyo, terdapat makam dan petilasan lain yang berada di pemakaman umum dusun setempat.

Ada petilasan yang disebut Makam Panggung yang di dalamnya terdapat petilasan Ratu Ayu Kencono Wungu dan Raden Ayu Anjasmoro.

BACA : VIDEO: Koleksi Perhiasan Emas dan Permata Majapahit dan Sebelum Majapahit

Disebut Makam Panggung karena lokasinya lebih tinggi sekitar dua meter diantara makam lainnya dan terdapat anak tangga sepanjang tiga meter untuk menuju makam.

Petilasan ini berupa bangunan makam lengkap dengan nisan dari batu marmer. Kedua “makam” diberi tirai dan tiang penyangga serta pintu yang hanya bisa dibuka atas seizin juru kunci makam.

“Makam ini memang dibangun beberapa kali termasuk di tahun 1990-an,” kata juru kunci makam, Sanusi.

Di “makam” atau petilasan Kencono Wungu dan Anjasmoro itu tidak ada bukti pahatan lambang Surya Majapahit atau pahatan kata berbahasa Arab di nisannya. Tidak diketahui apakah keduanya sudah memeluk Islam dan siapa yang membangun “makam” keduanya.

BACA : Ziarah Makam Sesepuh Wali Songo, Siapa Beliau?

Dari kedua “makam” itu hanya terdapat batu andesit dengan pahatan angka tahun 1340 Saka atau 1418 Masehi dan 1347 Saka atau 1425 Masehi.

Kencono Wungu merupakan julukan bagi raja atau ratu keenam Majapahit, Suhita, yang bergelar Prabhustri, memerintah tahun 1351-1369 Saka atau 1429-1447 Masehi.

Kompleks Makam Pitu di dalam areal makam Dusun Sidodadi, Desa Sentonorejo, Kec. Trowulan, Kab. Mojokerto.

Tak jauh dari petilasan Kencono Wungu dan Anjasmoro tersebut terdapat Makam Pitu atau Makam Tujuh yang sudah ditetapkan sebagai cagar budaya oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur di Trowulan, Kabupaten Mojokerto.

Namun pada nisan dari tujuh makam tersebut sama sekali tidak menyebut nama orang yang dimakamkan.

BACA : VIDEO: Mengenang Paku Rodji, Keturunan Empu Supo Empu Keris Majapahit Akhir

Berbeda dengan pemakaman Troloyo dan Makam Panggung yang dibangun cukup megah dan modern, kompleks Makam Pitu masih sangat sederhana. Ketujuh makam berada di lahan seluas hanya 15 X 7 meter dan dibatasi dengan pagar batu bata setinggi satu meter. Atapnya hanya dari seng dengan tiang penyangga dari kayu.

Makam Pitu atau Makam Tujuh di areal pemakaman Dusun Sidodadi, Desa Sentonorejo, Kecamatan Trowulan, Mojokerto.

Menurut Sanusi, ketujuh makam tersebut dipercaya sebagai bangsawan, abdi dalem, dan patih kerajaan Majapahit yang memeluk agama Islam yang disebarkan Syekh Djumadil Kubro.

Sanusi mengatakan berdasarkan cerita turun temurun dari juru kunci sebelumnya, ketujuh makam itu antara lain makam Pangeran Noto Suryo, Patih Noto Kusumo, Gajah Permodo, Naya Genggong, Sabda Palon, Emban Kinasih, dan Polo Putro. “Mereka itu pembantu Ratu Ayu Kencono Wungu,” kata Sanusi.

Lafaz tauhid atau “Laa Ilaaha Ilalloh” pada nisan Makam Pitu.

Makam Panggung maupun Makam Pitu juga menjadi jujukan peziarah terutama yang beraliran Islam kejawen termasuk di bulan Ramadan.

“Kalau ada yang mau ziarah kami bukakan pintu makam tapi niatnya harus baik,” ujar Sanusi. Selain dari Jawa Timur, peziarah, juga datang dari luar Jawa Timur.

Dari sekian makam yang ada di Troloyo dan sekitarnya, hanya Makam Pitu yang mewakili bukti arkeologi pengaruh Islam zaman Majapahit.

BACA : Ada Lafaz Tauhid dan Lambang Majapahit di Makam Ini

Sebab pada nisan ketujuh makam terdapat pahatan lambang Surya Majapahit, inskripsi berbahasa Arab berupa kalimat tauhid Laa Ilaaha Illalloh (Tidak ada Tuhan selain Alloh), dan kutipan ayat Al Qur’an tentang kematian.

Lambang Surya Majapahit pada salah satu nisan Makam Pitu.

“Pahatan lambang Surya Majapahit dan inskripsi huruf Arab pada nisan-nisan itu membuktikan pengaruh Islam di Majapahit saat itu,” kata arkeolog yang juga Staf Dokumentasi BPCB Jawa Timur Rizki Susantini.

Selain pahatan lambang Surya Majapahit dan inskripsi Arab, pada nisan tujuh makam yang terbuat dari batu andesit tersebut juga terukir angka tahun pemakaman antara lain 1329 Saka (1407 Masehi), 1349 Saka (1427 Masehi), 1389 Saka (1467 Masehi), dan 1397 Saka (1475 Masehi). (*)

Penulis & Foto: Ishomuddin

 

 

 

 

 

 

Related posts

Leave a Reply