Catatan Tsunami di Pantai Selatan Jawa, Banyuwangi Paling Banyak

Advertisement

idealoka.com – Selama Juni-Juli 2019, terjadi beberapa kali gempa dengan kekuatan di atas 5,0 Skala Richter (SR) baik di Jawa maupun luar Jawa. Salah satu kawasan yang rawan gempa disertai tsunami adalah daerah di sepanjang pantai selatan Jawa baik Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat.

Peringatan potensi tsunami di pantai selatan Jawa pernah disampaikan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) dalam jumpa pers 6 April 2018. Materi jumpa pers tersebut kami tampilkan kembali sebagai informasi karena masih relevan terutama mengenai sejarah gempa dan tsunami di pantai selatan Jawa serta upaya pencegahan dari dampak kerusakan yang lebih besar.

Advertisement

Indonesia berada pada pertemuan tiga lempeng tektonik aktif utama dunia yaitu Indo-Australia, Pasifik, dan Eurasia. Sebagai konsekuensi logis, terdapat lebih dari 252 sumber gempa bumi (patahan aktif) yang telah berhasil diidentifikasi oleh Pusat Gempa Bumi Nasional (Pusgen).

Tumbukan antara lempeng Indo-Australia dan Eurasia membentuk zona subduksi Sunda yang merupakan sumber gempa bumi utama di sepanjang perairan selatan Jawa. Zona subduksi Sunda berpotensi menghasilkan gempa bumi pada kedalaman dangkal. Gempa bumi menengah-besar pada kedalaman dangkal berpotensi memicu kejadian tsunami. Hal ini menyebabkan wilayah pantai selatan Jawa rawan terhadap bencana tsunami.

Sejarah Tsunami di Perairan Selatan Jawa

Sejarah mencatat, sejak awal abad ke-20, pantai selatan Jawa telah dilanda 20 kali kejadian tsunami yang dipicu oleh goncangan gempa bumi. Wilayah yang paling banyak terkena tsunami adalah Banyuwangi (tahun 1818, 1925, dan 1994), disusul juga Pangandaran (tahun 1921 dan 2006), Kebumen (tahun 1904), Purworejo (tahun 1957), Bantul (tahun 1840), Tulungagung (tahun 1859), dan Jember (tahun 1921).

Atap teras masjid Nurul Iman, Dusun Rajegwesi, Desa Sarongan, Kec. Pesanggaran, Banyuwangi, roboh akibat gempa pada 16 Juli 2019. (Foto: BPBD Banyuwangi)

Pada dekade tahun 1990an dan 2000an, dua tsunami besar melanda Banyuwangi (1994) dan Pangandaran (2006). Tsunami Banyuwangi dipicu gempa bumi dengan magnitudo (M) 7.2 dan menyebabkan 377 orang meninggal. Sedangkan tsunami Pangandaran yang menyebabkan 550 korban jiwa dipicu gempa bumi skala M 7.7 yang menghasilkan gelombang tsunami dengan tinggi 1-6 m dan jarak landaan (jarak kerusakan) 100-400 meter.

“Salah satu karaterisitik penting tsunami di selatan Jawa adalah tsunami earthquake yaitu tsunami besar yang dipicu oleh kejadian gempa bumi dengan magnitudo relatif kecil dan goncangan kadangkala tidak terasa,” kata Kepala Bidang Gempa Bumi dan Tusnami Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Sri Hidayati.

Kejadian tsunami earthquake seperti halnya Tsunami Pangandaran tahun 2006 patut mendapat perhatian lebih karena didahului gempa bumi dengan goncangan lemah sehingga masyarakat sekitar pantai lengah dan tidak sadar terhadap kemungkinan datangnya tsunami.

Upaya mitigasi

Beberapa langkah upaya mitigasi bencana tsunami dilakukan PVMBG antara lain melakukan penelitian endapan tsunami bertujuan untuk mengetahui jejak landaan tsunami yang pernah terjadi sebelumnya. Penelitian paleotsunami di Pangandaran, Purworejo, dan Gunung Kidul, menunjukkan adanya kandidat endapan tsunami. Hal ini menggambarkan telah terjadinya tsunami di pantai Selatan Jawa pada masa lampau.

PVMBG juga telah membuat Peta Kawasan Rawan Bencana (KRB) Tsunami dengan pemodelan numerik dengan mempertimbangkan potensi gempa bumi maksimum yang mungkin terjadi di lepas pantai suatu daerah. Peta ini menggambarkan perkiraan jarak landaan dan tinggi rendaman yang mungkin terjadi pada suatu wilayah. Peta KRB Tsunami wilayah Pantai Selatan Jawa yang telah tersedia antara lain Banten, Pelabuhan Ratu, Pangandaran, Cilacap, Purworejo, Kulon Progo, Gunung Kidul, Pacitan, Jember, dan Banyuwangi.

Selain itu juga dilakukan sosialisasi untuk meningkatkan pemahaman dan ketahanan masyarakat menghadapi tsunami. “Potensi tsunami earthquake di pantai selatan Jawa harus mendapatkan perhatian serius karena jenis tsunami ini dapat didahului oleh gempa bumi yang tidak terlalu besar,” ujar Sri. (*)

Sumber:

http://www.vsi.esdm.go.id/index.php/kegiatan-pvmbg/kegiatan-diseminasi-informasi/2118-konferensi-pers-upaya-mitigasi-bencana-tsunami-di-wilayah-pantai-selatan-jawa