Antisipasi Corona, Kompleks Makam Tebuireng Ditutup Sementara

Presiden Jokowi saat berziarah ke makam Gus Dur di kompleks makam keluarga Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur, 18 Desember 2018.

idealoka.com (Jombang) – Pengasuh Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur, KH Abdul Hakim Mahfudz memutuskan akan menutup sementara kompleks makam keluarga pesantren setempat sejak Senin dini hari, 16 Maret 2020 pukul 00.00 WIB.

Keputusan penutupan sementara akses ke makam bagi peziarah itu diambil sebagai antisipasi wabah penularan virus Corona atau Covid-19. Keputusan itu dituangkan dalam Surat Edaran Nomor 1524/I/HM 00 01/PENG/2020 tertanggal 14 Maret 2020. Penutupan kompleks makam keluarga pesantren Tebuireng itu berlaku sampai dengan waktu yang belum ditentukan.

Read More

“Berkenaan dengan kebijakan ini, kami atas nama keluarga besar Pesantren Tebuireng menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya,” kata KH Abdul Hakim Mahfudz dalam siaran pers yang diterima, Minggu, 15 Maret 2020.

BACA: Batuk Jangan Ditutup Pakai Telapak Tangan, Tapi …

Di kompleks makam keluarga Pesantren Tebuireng terdapat beberapa makam pahlawan sekaligus tokoh nasional seperti salah satu pendiri Nahdlatul Ulama (NU) yang juga pendiri Pesantren Tebuireng KH Hasyim Asy’ari, mantan Menteri Agama pertama RI KH Wahid Hasyim, mantan Presiden RI keempat dan mantan Ketua Umum PBNU KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), dan mantan Wakil Ketua Komnas HAM yang meninggal dunia 2 Februari 2020 lalu, KH Salahudin Wahid (Gus Solah).

Presiden Jokowi saat berziarah ke makam pahlawan nasional, KH Hasyim Asy’ari dan KH Wahid Hasyim, di kompleks makam Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur, 18 Desember 2018.

Mereka adalah satu keturunan mulai kakek hingga cucu. KH Hasyim Asy’ari adalah ayah dari KH Wahid Hasyim dan Gus Dur serta Gus Solah adalah cucu dari KH Hasyim Asy’ari atau putra dari KH Wahid Hasyim.

Sejak Gus Dur wafat dan dimakamkan di Tebuireng pada 31 Desember 2009, kompleks makam keluarga Pesantren Tebuireng semakin ramai dikunjungi peziarah dari seluruh Indonesia dan bahkan luar negeri.

Tokoh-tokoh agama selain Islam maupun pejabat asing juga berziarah ke makam setempat dan mempelajari nilai-nilai kesetaraan dan kemanusiaan yang diajarkan para tokoh-tokoh tersebut.

BACA: Pastur Tingkat Dunia Studi Banding ke Pesantren Ini

Sekretaris Pesantren Tebuireng KH Abdul Ghofar menambahkan kebijakan penutupan kompleks makam tersebut diambil sebagai langkah preventif untuk mencegah potensi penyebaran Covid-19 di ruang publik seperti anjuran pemerintah.

“Kami putuskan kebijakan tersebut dalam rapat pimpinan dan Majelis Keluarga Pesantren Tebuireng dengan merujuk anjuran yang disampaikan pemerintah,” katanya.

Pria yang akrab dipanggil Gus Ghofar ini menuturkan kompleks makam Pesantren Tebuireng juga digunakan sebagai tempat mengaji santri. Sehingga untuk mencegah penularan virus dari luar pesantren, maka pesantren menutup kompleks makam sampai batas yang belum ditentukan.

BACA: Cegah Corona, Warga Disarankan Konsumsi Empon-empon

Keputusan penutupan kompleks makam itu juga bagian dari pelaksanaan hukum fikih yang jadi pedoman utama pesantren maupun umat Islam selain memperhatikan kebijakan pemerintah sebagai umara.

“Hal itu (penutupan kompleks makam) juga sesuai dengan kaidah ushul fikih yang berbunyi dar’ul mafasid muqoddam ‘ala jalbil mashalih yang artinya mencegah mafsadat (kerusakan atau keburukan) harus diutamakan daripada upaya meraih kemaslahatan (kebaikan),” ujarnya.

Ia menegaskan bahwa kebijakan penutupan semntara kompleks makam Tebuireng itu murni untuk mencegah dampak penularan virus Corona yang bisa berdampak buruk pada pesantren. “Demi kesehatan dan kebaikan bersama,” kata Gus Ghofar. (*)

Related posts

Leave a Reply